Monday, April 22, 2013

Kamis, 7 Maret 2013 - Hasil simulasi memperlihatkan, bahan-bahan kimia pada debu es di luar angkasa bereaksi membentuk senyawa-senyawa kompleks organik, khususnya dipeptida, yang penting untuk kehidupan.

Sebuah eksperimen yang mensimulasikan kondisi di luar angkasa mengungkapkan bahwa blok bangunan kehidupan yang kompleks bisa tercipta pada debu es antarplanet, dan kemudian dihantarkan ke bumi sebagai penyebab dimulainya kehidupan.

Para ahli kimia dari University of California, Berkeley, dan University of Hawaii, Manoa, mampu menunjukkan bahwa kondisi-kondisi di luar angkasa bisa menciptakan dipeptida kompleks – pasangan-pasangan terhubung asam amino – blok bangunan penting yang dimiliki semua makhluk hidup. Temuan ini membuka kemungkinan bahwa molekul-molekul yang dihantarkan ke bumi oleh komet, atau mungkin meteorit, mengkatalisasi pembentukan protein (polipeptida), enzim dan bahkan molekul-molekul yang lebih kompleks, seperti gula, yang diperlukan bagi kehidupan.

“Sungguh menarik untuk mempertimbangkan bahwa blok bangunan biokimia paling mendasar yang jadi penyebab hadirnya kehidupan di bumi, mungkin memiliki asal-usul di luar angkasa,” kata ahli kimia University of California, Berkeley, Richard Mathies, salah satu penulis makalah yang dipublikasikan secara online minggu lalu dan dijadwalkan untuk edisi cetak 10 Maret The Astrophysical Journal.

Sudah banyak ditemukan molekul-molekul organik dasar, seperti asam amino, dalam meteorit-meteorit yang jatuh ke bumi, namun para ilmuwan tak bisa menemukan struktur molekul yang lebih kompleks, yang merupakan prasyarat bagi biologi planet kita. Akibatnya, para ilmuwan lebih beranggapan bahwa bahan-bahan kimia yang sangat rumit untuk membentuk hidup pastilah berasal dari lautan di bumi awal.

Dalam ruang vakum ultra-tinggi yang didinginkan hingga 10 derajat di atas nol mutlak (10 Kelvin), Seol Kim dan Ralf Kaiser dari tim Hawaii mensimulasi sebuah bola salju es di ruang angkasa yang meliputi karbon dioksida, amonia dan berbagai hidrokarbon seperti metana, etana dan propana. Saat dirangsang dengan elektron berenergi tinggi untuk mensimulasikan sinar kosmik dalam ruang angkasa, bahan-bahan kimia tersebut bereaksi membentuk senyawa-senyawa kompleks organik, khususnya dipeptida, yang penting untuk kehidupan.

Di laboraturium University of California Berkeley, Mathies dan Amanda Stockton kemudian menganalisis sisa-sisa organik itu dengan Mars Organic Analyzer, sebuah alat yang dirancang oleh Mathies untuk melakukan deteksi berdaya ultrasensitif dan mengidentifikasi molekul-molekul organik yang kecil dalam tata surya. Hasil analisis menunjukkan adanya molekul-molekul kompleks – berupa sembilan jenis asam amino yang berbeda serta setidaknya dua dipeptida – yang mampu memicu evolusi biologis di bumi.

Penelitian ini didukung oleh National Science Foundation dan Royalti Fund Mathies di University of California Berkeley.

Kredit: University of California – Berkeley
Jurnal: R. I. Kaiser, A. M. Stockton, Y. S. Kim, E. C. Jensen, R. A. Mathies. ON THE FORMATION OF DIPEPTIDES IN INTERSTELLAR MODEL ICES. The Astrophysical Journal, 2013 ApJ 765 111 doi:10.1088/0004-637X/765/2/111

0 comments:

Post a Comment